Minggu, 21 November 2010

Tips Usaha Penangkaran Burung Murai


Peluang Usaha Penangkaran Burung Murai . Selama ini jenis murai yang paling banyak di cari orang dan penghobis adalah jenis murai Medan . Adapun cirinya antara lain : bulu – bulunya berwarana coklat tua , ekornya panjang agak melengkung . Murai Medan yang super mempunyai ekor panjang , sedangkan yang biasa berekor pendek . Selain Murai Medan yang juga di cari banyak pengobi adalah murai Lampung . Murai lampung mempunyai ciri ekornya yang lurus dan warna dada agak kuning . Jenis Murai yang lain adalah murai Kalimantan dan Murai Lahat .

Tips Penangkaran Burung Murai Medan. Penangkaran murai batu ini adalah milik Anton Rochasli dari Madiun, Jatim, tergolong anti-teori. Berdasar teori harus di tempat sepi, ini di tempat lalu-lalang manusia. Teorinya kandang harus lega (ukuran rata-rata 1,2X1,5meter tinggi 2 meter) ini sempit (80 X 90 cm tinggi 2 meter). Teorinya dalam kandang harus kena sinar matahari, ini gelap.

“Tapi anehnya, justru burung-burung ini sangat produktif sekali. Padahal anda tahu kalau suasananya bisa dikatakan tidak memenuhi syarat, sangat sempit dan terlalu bising. Bahkan hampir semua kandang tidak mendapat sinar matahari secara langsung,” katanya sambil memperlihatkan kandang-kandang penangkaran yang ada di halaman depan rumahnya.

Seperti ditulis Tabloid BnR, dengan lokasi kandang seperti itu, setiap saat suasana kandang selalu ramai. Sebab, langsung berhadapan dengan jalan raya. Jika ada tamu, pasti melewati kandang. Bahkan, penghuni rumah setiap saat keluar-masuk rumah melewati halaman depan yang langsung berdekatan dengan kandang.

Bermodal ketekunan dan sedikit keberuntungan, penangkaran yang berawal dari sepasang indukan ini semakin lama semakin berkembang hingga akhirnya menjadi sepuluh pasang indukan. “Yang utama adalah mau bertanya kepada para ahlinya dan orang-orang yang berpengalaman. Dari bertanya tersebut semakin lama saya mulai memahami karakter penjodohan murai batu. Tentu saya gabungkan juga dengan pengalaman saya sendiri,” ungkapnya.

Penangkaran yang dimulainya sejak tahun 2005 tersebut kini bisa dikatakan menjadi pionir dalam penangkaran murai batu di Madiun. “Padahal awal mulanya saya hanya iseng mengisi waktu luang saat masa persiapan pensiun.

‘Saat itu saya berpikir, kalau saat pensiun tiba tentu hidup terasa menjemukan. Tidak ada kegiatan dan hanya mengandalkan gaji sebagai pensiunan. Dibayang-bayangi rasa seperti itu akhirnya saya mencoba menangkar murai batu peliharaan saya. Nggak tahunya sekarang malah seperti ini,” katanya menceritakan saat pertama kali . menangkar murai batu.

Fungsi ngasin

Kakek bercucu empat ini membangun kandang penangkarannya hanya berukuran 80 cm x 90 cm dengan tinggi 2 meter. Bahan kandang terbuat dari kawat ram ukuran 1 cm dan besi siku. Antar kandang diberi sekat penutup terbuat dari karet talang yang berfungsi agar burung yang diletakkan dalam kandang berjejer tersebut tidak saling melihat. Alas kandang masih berupa tanah yang diberi pasir.

“Pemberian pasir dimaksudkan agar ngasin atau makan batu-batu kecil. Dan kadang burung bisa kipu di pasir-pasir tersebut,” katanya beralasan.

Pemberian Pakan

Pakan dari burung-burung di penangkarannya adalah jangkrik, kroto dan ulat kandang. Voer tidak diberikan selain karena tidak pernah dimakan juga disebabkan kepercayaan bahwa burung dengan pakan alami dengan komposisi yang sesuai akan menghasilkan anakan yang lebih banyak dan lebih sehat.

“Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kondisi burung, tidak bisa disamaratakan. Burung yang bertelor berbeda menu pakannya dengan burung saat belum bertelor,” paparnya.

Pakan burung yang belum bertelor adalah kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore, ulat kandang dua sendok makan. Sedangkan saat bertelor kroto dihilangkan, jangkrik dikurangi menjadi 25 ekor dan ulat kandang tetap diberikan.

“Pengurangan pakan saat burung bertelor bertujuan untuk mengurangi birahi, karena jika burung birahi biasanya telor dibuang. Nah, saat burung menetas pakan ditambah menjadi dua kali lipatnya. Misalnya jangkrik menjadi 60 ekor, kroto full dan ulat kandang masih dikonsumsikan,” terangnya.

Burung biasanya akan menetas setelah dierami selama dua minggu, kemudian akan dipanen setelah piyikan menginjak usia seminggu dan piyik sudah bisa diberi ring. Setelah pemanenan sang induk diberi pakan biasa, yaitu kroto dua sendok, jangkrik 30 ekor pagi dan 10 ekor sore serta ulat kandang dua sendok. Begitu seterusnya hingga saat indukan bertelor lagi. “Biasanya seminggu kemudian si betina sudah bertelor lagi dan tentu pakannya disesuaikan lagi,” katanya.

Menurut Anton masa paling rawan adatah saat penyapihan piyikan dari sang induk hingga piyikan berumur sebulan, karena pada masa-masa itu sering terjadi kematian piyik. “Memang masa paling sulit adalah saat piyikan diambil dari induknya, apalagi jika cuaca dingin saat musim penghujan. Tapi setelah piyikan kita beri vitamin bayi dan diberi penghangat tingkat kematian sudah bisa dltekan,” terangnya.

Pemasaran

Pada saat usia seperti ini makanan yang diberikan hanya berupa kroto segar. Pemberian jangkrik dilakukan setelah piyikan berumur sekitar duapuluh hari.

Dalam hal pemasaran, murai batu yang mengenakan ring Kiara tersebut tidak pernah mengalami kendala yang berarti. “Pemasarannya cukup bagus, bahkan saya sangat kewalahan melayani pesanan. Tapi berhubung jumlah kandang saya terbatas maka mampunya hanya seperti ini saja, karena hampir semua kandang sudah diinden,” jelas Anton.

Gunakan ulat kandang

Kematian indukan bagi penangkar burung adalah momok yang ksangat menakutkan. Jika disuruh memilih antara kematian piyik dan kematian indukan mereka hampir sepakat memilih kematian piyikan. Hal ini merupakan pilihan yang wajar karena kematian indukan berarti pula adalah berhentinya proses produksi.

Hal demikian pernah dialami Anton saat dua tahun pertama menang-kar murai batu. Beberapa indukannya tiba-tiba terlihat kurang sehat, selang beberapa hari kemudian mati.

“Saya sempat kebingungan mengantisipasinya, padahal saya sudah menerapkan anjuran teman-teman penghobi dan penangkar. Mulai kebersihan dan kesegaran pakan, kebersihan kandang hingga pemberian vitamin. Tapi kematian indukan selalu saja terjadi. Kalau terjangkit virus kenapa piyikannya justru sehat dan tidak tertular dan indukan yang lain juga tidak tertular,” katanya dengan penuh tanda tanya.

la kemudian menduga-duga, apakah karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya? Dugaan tersebut muncul karena seluruh kandang yang dibangunnya tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung. “Karena keterbatasan lahan mengakibatkan kandang penangkaran saya tidak bisa terkena sinar matahari langsung. Apa karena itu yang men-gakibatkan indukan-indukan tersebut cepat mati,” sambungnya.

Hingga suatu saat Anton mendapat nasehat dari sesama penghobi yang menyarankan agar seluruh indukan diberi ulat kandang atau ada juga yang menyebut ulat balap karena jalannya yang cepat. Ternyata setelah saran tersebut diterapkan, terjadi perubahan yang cukup positif di penangkarannya.

“Jarang terjadi ada indukan yang sakit, kalau toh ada, indukan tersebut diberi antibiotik yang diteteskan di mulutnya. Selang sehari sang induk pasti sembuh. Bahkan hasil produksinyapun semakin meningkat,” terang:nya mengenai khasiat ulat kandang.

Anton mengakui jika secara ilmiah dirinya belum mengetahui kaitan antara ulat kandang dan kesehatan indukan burung yang ditangkarkannya. Tapi dia sudah merasakan manfaat memberi pakan indukan murai batu-nya dengan ulat kandang.

“Semua indukan dalam setahun bisa berproduksi hingga sepuluh kali setelah saya beri konsumsi ulat kandang. Bahkan bila betina tidak ngurak dan pejantan ngurak, produksi tetap bisa berjalan. Tapi biasanya kalau ada salah satu yang ngurak, pasangannya akan saya gantikan dengan yang lain, karena saya selalu mempersiapkan pasangan pengganti untuk berjaga-jaga jika ada salah satu induk yang berhalangan,” paparnya.

Memelihara burung berkicau, selain sebagai hobi yang menyenangkan, ternyata juga dapat menjadi sumber penghasilan. Seorang penangkar burung murai batu bernama Budi Hartanto di Jakarta, baru-baru ini, misalnya. Dengan sembilan pasang induk murai batu unggulan, setiap bulan budi memperoleh sedikitnya 18 ekor burung anakan. Setelah berumur sebulan, burung anakan itu bisa dijual dengan harga tak kurang dari Rp 1,5 juta per ekor. Keuntungan yang didapat dari 18 ekor anakan tersebut bisa mencapai Rp 16 juta.

Budi mengatakan, dia telah menekuni bisnis burung murai batu sejak dua tahun lampau. Menurut lelaki ini, modal yang diperlukan dalam bisnis ini relatif murah. Untuk sepasang burung murai, Budi mengeluarkan biaya sebesar Rp 300 ribu per bulan. Lahan yang dipakai pun cukup menggunakan halaman dan genteng rumah. Hingga kini, Budi yang mengaku belum mengalami hambatan berarti dalam menernak murai batu, merasa kewalahan memenuhi permintaan para pelanggan.(ZAQ/Zakaria)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008